Teknologi Combined Antilock Brake System (CABS)

C-ABS, cegah roda belakang terkunci Kehadiran Honda CBR250R, bukan cuma kasih kejutan harga jual yang di bawah kompetitor. Tapi, juga usung dua varian yang salah satunya adopsi tipe pengereman Combined ABS (Antilock Braking System). Fitur pengereman ini, membuat roda belakang tidak terkunci yang menyebabkan ban slip atawa sliding ketika diajak ngerem mendadak. Tapi, sebelum bicara banyak Combined ABS (C-ABS), baiknya bahas asal-mula ABS dulu. Tanpa ABS, pengereman yang diterima sesuai gaya inersia yang dihasilkan. Maka itu, ABS berfungsi mengurangi tekanan fluida alias minyak rem dari kaliper dalam kondisi tertentu. Misalnya, ketika roda mulai mengunci. Tekanan akan berkurang sesuai kebutuhan agar ban tidak locking. Tekanan kembali naik dan normal ketika ketika penguncian berkurang. Sistem ABS, butuh part buat mengirim sinyal, kalau tekanan yang ada di kaliper itu sudah tinggi. Maka itu, ABS tidak lepas dari peran wheel speed sensor, ECU (Electronik Control Unit) dan juga modulator. Wheel speed sensor berfungsi membaca kecepatan putaran roda yang akan dideteksi ECU. Dari ECU ini akan mengirim sinyal ke ABS modulator. ABS modulator ini yang akhirnya berfungsi mengatur tekanan fluida di dalam kaliper.
ABS Modulator punya fungsi vital ECU ABS sendiri, terpisah dari ECU kelistrikan lho. ECU ABS CBR250R terletak bersamaan ABS Modulator yang di dalamnya terdapat pompa, reservoir dan katup selenoid in dan out. Pengurangan tekanan fluida seperti katup buka-tutup. Proses sangat cepat. Mengurangi, tahan dan menaikkan tekanan fluida sekitar 50 kali/ detik. Metode ini yang bikin roda tidak terkunci. Paham cara kerja ABS, kini beralih ke C-ABS. Combined ABS merupakan paduan dari kinerja rem ABS dengan Combi Brake System (CBS). Pengereman CBS sendiri, seperti misalnya yang diaplikasi di Honda Vario Techno CBS. Jika hanya depan saja yang aktif, itu berarti kerja ABS saja. Tapi, kalau belakang juga, jadi C-ABS, Maka itu, buat menggabungkan sistem kerja kedua rem ini, butuh part tambahan lagi. Yaitu, delay valve dan PCV. Delay valve dan PCV berfungsi atur tekanan hidraulik yang dihasilkan rem belakang. Sehingga di tekanan tertentu, mampu aktifkan rem depan meski cuma injak pedal rem belakang. Maka itu juga, C-ABS butuhkan 3 pot kaliper. Pedal rem belakang, aktifkan piston tengah di kaliper. So, hadirnya C-ABS, tidak akan membuat roda belakang terkunci. Bisa Lacak Kerusakan Jika terjadi trouble dalam kinerja ABS dan C-ABS, itu bisa dipantau dari indikator lampu ABS yang terdapat di panel spidometer. Sejatinya ketika kunci kontak dinyalakan, lampu indikator menyala diam. Lalu, di kecepatan 6 km/jam, pompa ABS menyala untuk mengisi.
 Wheel Speed Sensor, induksi atntara magnet dan pulser ring cakram (kiri). Jika terjadi trouble di ABS, bisa di pantau lewat kedipan indikator (kanan). Di kecepatan  10 km/jam atau lebih, indikator ABS pun akan mati. Tapi, jika tidak mati atau berkedip, berarti ada masalah. “Tapi, rem masih tetap bekerja. Hanya saja tidak dalam mode ABS,” wanti Edhi. Buat mendiagnosa kegagalan fungsi ABS, mudah. Cukup baca kedipan lampu indikator. Tapi, ada cara yang harus dilakukan sebelumnya. Dalam kondisi motor tidak jalan, lepaskan konektor ABS service check dari konektor. Jumper kabel terminal konektor (abu-abu dan merah-silver). Kemudian putar kunci kontak ke ON. ABS indikator akan menyala selama 2 detik. Lalu, mati selama 3,6 detik. Setelah itu, indikator akan memberitahukan sumber masalah. Kedipan panjang menandakan puluhan, sedang kedipan cepat merupakan satuan. Misal, satu kedipan panjang dan tiga kedipan cepat. Itu artinya 13. 13 menandakan rangkaian speed sensor belakang tidak berfungsi baik.